Riya’ dalam Amal tiga Pemuda (2)

   Seorang arif mendefinisikan makna ikhlas sebagai berikut, ikhlas berarti menyembunyikan kebaikan-kebaikan yang ia lakukan dari perhatian, penglihatan dan penilaian orang lain, sebagaimana ia menyembunyikan kejelekan-kejelekan yang ia perbuat. Adapun sebagaimana yang lain mendefinisikan ikhlas adalah tidak menghendaki pujian dari orang lain atas amal yang telah atau akan ia kerjakan. 
Tanbihul Ghofilin
   Ketika Dzun Nun Al-Mishri ditanya seseorang tentang siapakah diantara manusia yang termasuk pilihan Allah SWT yang telah dipilih oleh-Nya, maka ia pun menjawab ialah mereka yang memiliki empat sifat sebagai berikut:
1.       Ketika ia meninggalkan waktu istirahatnya untuk beribadah dan bertaqarrub kepada Allah SWT.
2.       Memberikan sesuatu yang ada padanya.
3.       Tidak menghendaki derajat yang bersifat duniawi, seperti tahta, kedudukan, jabatan ataupun harta.
4.       Istiqamah/tetap pada pendiriannya, meskipun orang lain mengejek ataupun memujinya.
Kami telah membuka jalur perdagangan Nasional
    Diriwayatkan dari Ali bin Hakim bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Kelak pada hari kiamat akan ada sekelompok manusia yang diperhatikan untuk ke Surga, dan ketika mereka telah begitu dekat dengan Surga hingga tercium bau harumnya dan terlihat istana-istana serta kesenangan yang dijanjikan oleh Allah bagai penghuninya, tiba-tiba saja mereka diusir dan di seru agar menjauh dari Surga tersebut, lantaran mereka tidak berhak untuk tinggal di dalamnya. Kemudian mereka pun berpaling dengan perasaan kecewa dan menyesal, seraya berkata, “Wahai Tuhan kami, mengapa Engkau memperlakukan kami demikian, seandainya Engkau memasukkan kami ke Neraka sebelum Engkau memperlihatkan kepada kami Surga yang telah Engkau sediakan bagi kekasih-kekasih-Mu yang telah kami lihat (maka sungguh hal itu adalah lebih baik bagi kami).”
Lalu Allah SWT berfirman kepada mereka:
Jadilah Wanita Bahagia 
“Aku memperlakukan kalian demikian, adalah tidak lain karena apa yang kalian lakukan dahulu, dimana ketika sunyi (ditempat sepi) kalian mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat, sementara ketika di tengah-tengah umum (manakala mata manusia menyaksikan) kalian berlagak seperti seorang ahli ibadah, yang sangat tekun beribadah. Kalian memamerkan perbuatan kalian kepada manusia dan tidak takut kepada-Ku, kalian membesar-besarkan penilaian manusia melebihi penilaian-Ku, kalian meninggalkan (kejelekan) karena penilaian manusia dan tidak meninggalkan karena Aku. Maka pada hari ini tibalah bagi kalian untuk merasakan kepedihan dari sisi-Ku dan mengharapkan keagungan dari Surga-Ku atas kamu sekalian.”

     Sebuah riwayat dari Ibnu Abas r.a menyebutkan bahwasannya Rasulullah SAW bersabda, “Manakala Allah Azza Wajalla menciptakan Surga Adn, dimana di dalamnya dipenuhi oleh segala sesuatu yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar olah telinga dan tidak pernah terlintas di benak manusia. Kemudian Allah memerintahkan kepadanya untuk berbicara, dan ia pun berseru: “Sungguh beruntunglah orang-orang yang beriman (sebanyak 3x). lantas ia pun berseru, “Bahwasanya Aku haramkan untuk mendekat (masuk) kepadaku bagi mereka orang-orang yang kikir, munafiq, dan suka pamer (riya’).”
    Sahabat Ali bin Abu Thalib menjelaskan bahwasannya terdapat empat tanda yang dimiliki oleh mereka yang suka berbuat riya’ atau senang dipuji adalah sebagai berikut:
1.       Malas beramal ketika tidak dilihat oleh manusia.
2.       Rajin beramal ketika bersama-sama / dilihat oleh manusia.
3.       Ketika manusia mencela ia mengurangi amal ibadahnya.
4.       Ketika menurut memujinya maka ia meningkatkan amal ibadahnya.

   Disebutkan bahwa setiap segala sesuatu itu memiliki, pelindung/benteng, adapun menurut Syaqiq bin Ibrahim, benteng daripada amal itu ada tiga perkara, yaitu:
1)     Ketika seorang beramal kebaikan, maka hendaklah ia menanamkan sebuah persepsi dan mengakui bahwasannya tidaklah ia akan dapat mengerjakan suatu kebaikan/amal ibadah, melainkan adalah semata atas bimbingan dan pertolongan dari Allah SWT. Sehingga hal itu akan menjauhkan hatinya dari sikap ujub. Sebab ujub dalam beramal akan memusnahkan pahala dari amal itu sebagaimana api yang membakar kayu bakar.
2)     Ketika seseorang beramal kebaikan, maka hendaklah ia melakukannya semata-mata hanya mencari keridhaan dari Allah SWT, sehingga dengan demikian ia dapat mengarahkan nafsunya menjadi nafsu Al-Mutma’innah.
3)     Ketika seseorang beramal kebaikan maka  hendaklah ia mengharapkan belasan/pahala semata hanya dari sisi Allah SWT, sehingga hal itu akan menjauhkan dirinya dari sifat tamak dan riya’.
   Dan dengan tiga perkara itulah ibadah seseorang dapat menjadi ibadah yang ikhlas.
Adapun sebagian orang arif yang lain menyebutkan bahwasannya suatu amal ibadah itu memerlukan empat yang menyertainya, yaitu:
a.       Beramal dengan ilmu, ialah mengerjakan suatu amal itu dengan di dasari ilmu/pengetahuan, karena amal akan menjadi betul dan sempurna bilamana dilandasi oleh ilmu.
b.       Beramal dengan di sertai niat yang betul, karena segala amal adalah tergantung daripada niatnya.
c.       Beramal dengan di sertai kesabaran, dengan demikian ia akan memperoleh kesempurnaan dan ketenangan di dalam beramal. Tidak memperdulikan pujian ataukah celaan yang nantinya diperoleh, sebab ia beramal dengan kesabaran dan hanya peduli pada penilaian dari Allah SWT semata.
d.       Beramal dengan disertai keikhlasan karena hanya dengan keikhlasan itulah amal ibadah seseorang dapat diterima dengan baik di sisi Allah SWT, dan Dia akan memberi pahala yang berlipat atas keikhlasan tersebut.
<Prev  1 
 3 
 4 
Next>

No comments:

Post a Comment