Haram
bin Hayyan menyebutkan bahwasannya seseorang yang mengabdikan dirinya kepada Allah SWT dengan sepenuh hati, maka
tidaklah yang Allah peruntukkan
baginya, melainkan Dia akan
menggerakkan hati orang-orang yang beriman untuk mencintai dan menaruh belas
kasih kepadanya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a bahwa Nabi
SAW bersabda: “Sesungguhnya manakala Allah
SWT mencintai seorang hamba, maka Dia
berfirman kepada Jibril, ‘Sesungguhnya
Aku mencintai hamba ini, maka cintailah dia.’ Kemudian Jibril pun berseru kepada seluruh penghuni langit, ‘Sesungguhnya Allah
Azza Wajalla mencintai hamba ini, maka cintailah dia.’ Maka penghuni langit pun mencintainya, dan menyebarkan kasih
sayang penghuni bumi kepadanya. Demikian pula ketika Allah SWT memurkai seorang hamba, maka Dia pun menyeru kepada segenap penghuni langit dan bumi agar
memarahi/mengutuknya.”
Pernah suatu kali Syaqiq bin Ibrahim didatangi oleh seseorang yang menanyakan satu
perkara kepadanya, orang itu berkata, “Sesungguhnya telah ramai di khalayak umum yang mengatakan
bahwa saya ini orang yang baik, maka bagaimanakah aku dapat mengetahui apakah
saya ini termasuk orang yang baik atau bukan?”
Lantas beliau pun menjawab,
“Pertama, cobalah kamu perlihatkan sikap/perbuatan
yang selama ini kamu sembunyikan di hadapan orang-orang shalih, bilamana mereka
senang dan setuju dengan apa yang kamu perbuat tersebut maka itu pertanda bahwa
kamu adalah orang baik.
Kedua, cobalah kamu tawarkah kepada hatimu segala
keindahan dan kesenangan yang bersifat duniawi, bilamana hatimu menolak maka
itu pertanda bahwa kamu termasuk orang yang baik. Ketiga, cobalah kamu tawarkan kepada dirimu akan
tibanya ajal/kematian, bilamana kamu menginginkannya, maka itu pertanda bahwa
kamu termasuk orang yang baik.”
Maka dari itulah ketika ketiga hal tersebut
ada pada dirimu, maka mintalah kepada Allah
SWT agar Dia memelihara dari riya’ dan ujub, sebab
tidaklah kedua dari sifat itu melainkah hanya akan merusak semua amal ibadahmu.
Dari Anas
bin Malik, Nabi SAW bersabda, “Apakah kalian
tahu siapakah orang yang benar-benar mukmin itu?”
Para sahabat
pun menjawab, “Hanya
Allah dan Rasul-Nyalah yang lebih mengetahui.”
Kemudian
beliau bersabda: “…ialah seseorang yang tidak akan mati, sehingga Allah memperdengarkan
kepadanya apa-apa yang ia sukai dan sekiranya seseorang mengerjakan suatu
ibadah kepada Allah di dalam rumah
sampai 70 lapis yang masing-masing darinya berpintukan besi, niscaya Allah akan
memakaikan selendang malamnya hingga orang-orang membicarakan yang demikian itu
dan melebih-lebihkannya.”
Lantas
ditanyakan kepada Rasul SAW, “Kenapa mereka
melebih-lebihkannya?”
Beliau
menjawab: “Sesungguhnya
orang yang beriman itu senang jika amal ibadahnya menjadi bertambah.”
Setelah itu
beliau bersabda: “Tahukah kalian, siapakah orang yang lacur itu?”
Para sahabat
menjawab, “Allah dan Rasul-Nyalah yang lebih mengetahui.”
Beliau
bersabda: “…ialah
seseorang yang tidak akan mati hingga Allah memenuhi pendengarannya dengan
apa-apa yang ia benci. Seandainya seseorang mengerjakan sebuah kemaksiatan di
dalam rumah sampai 70 lapis yang berpintukan dari besi, niscaya orang-orang
akan membicarakannya dan melebih-lebihkannya.”
Kemudian
beliau ditanya, “Mengapa
dilebih-lebihkan, ya Rasulullah?”
Beliau
menjawab: “Sesungguhnya
orang yang berbuat maksiat itu senang bila kemaksiatannya itu bertambah.”
Dijelaskan oleh Auf bin Abdullah bahwasannya orang yang dapat dengan kebaikan itu
akan senantiasa memberi peringatan kepada sesamanya tentang tiga hal
yang menggembirakan, yaitu:
1.
Barangsiapa
yang beramal untuk akhiratnya maka Allah akan mencukupi urusan dunianya.
2.
Barangsiapa
yang memperbaiki hubungannya kepada Allah (hablum minallah) maka Allah akan
memperbaiki hubungannya dengan sesama manusia (hablum minannas).
3.
Barangsiapa
yang memperbaiki yang tersembunyi/hatinya, maka Allah akan memperbaiki apa yang
terlihat/lahirnya.
Berkata Hamid
Al-Lafal bahwa ketika Allah
menghendaki kehancuran bagi seseorang, maka Dia akan menimpakan tiga hal kepadanya, yaitu:
1.
Memiliki
ilmu tetapi enggan untuk mengamalkannya.
2.
Allah
memberinya kemudahan di dalam bergaul dengan orang-orang shalih tetapi bersikap
kurang ajar (tidak memenuhi hak-hak mereka dengan baik).
3.
Allah
SWT memberinya kesempatan untuk dapat berbuat baik tetapi ia tidak ikhlas
dengan kebaikannya tersebut.
Berkata Al-Faqih
bahwasannya hal yang seperti ini dapat terjadi adalah disebabkan oleh niatnya
yang jahat dan hatinya yang berpenyakit, sekiranya niat itu benar pastilah ilmu
yang ia miliki menjadi bermanfaat, ikhlas dalam beramal dan memiliki
penghormatan serta penghargaan kepada orang-orang shalih.
<Prev | 1 | 3 | Next> |
---|
No comments:
Post a Comment